PENENTUAN KANDUNGAN BASA Mg(OH)2 DAN Al(OH)3 DALAM OBAT MAAG
I. Tujuan Percobaan
Menentukan kandungan basa Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dalam sampel obat maag, secara titrasi asam basa
II. Dasar Teori
Obat maag atau antasida adalah obat yang mengandung bahan-bahan efektif untuk menetralkan asam dilambung dan tidak diserap kedalam tubuh sehinngga cukup aman untuk dikonsumsi(sesuai dengan anjuran pakai). Antasida umumnya mengandung senyawa yang dapat menetralkan asam lambung sehingg mengurangi derajat keasaman lambung. Semakin banyak kadar antasida didalam obat maag, maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit maag dengan tuntas. Zat utama berkhasiat yang digunakan disebut Magaldrate, yaitu campuran aluminium hidroksida Al(OH)3 dan magnesium hidroksia Mg(OH)2. Bila masuk ke dalam lambung, campuran aluminium hidroksida dan magnesium klorida ini sebagian akan dinetralkan oleh asam lambung, sehingga pH cairan lambung akan naik. Antasida umumnya merupakan senyawa yang bersifat basa sehingga dapat menetralkan kelebihan asam yang terdapat dicairan lambung. Reaksi yang terjadi dikonsumsinya antasida adalah : (Tjahjadarmawan,2016).
Mg(OH)2(s) + 2 HCl(aq) -----> MgCl2(aq) + 2 H2O(l) ..........(1)
Al(OH)3(s) + 3 HCl(aq) -----> AlCl3(aq) + 3 H2O ..........(2)
Aluminium hidroksida menghasilkan aluminium klorida dan air, namun jika pH lebih dari 5, maka reaksi netralisasinya tidak berlangsung sempurna. Ion aluminium dapat bereaksi dengan protein sehingga bersifat astringen(menciutkan selaput lendir). Antasida ini mengadsorpsi pepsin dan menginaktivasinya. Cara kerja obat ini adalah senyawa aluminium yang merupakan suatu zat koloid, melapisi selaput lendir, menetralkan asam klorida dan mengikat asam klorida secara adsorptif(Brindle,1953).
Zat utama yang digunakan tersebut magaldrate, yaitu campuran Al(OH)3 dan Mg(OH)2. Campuran ini akan dinetralkan oleh HCl 0,1M, kelebihan asam ini akan dititrasi oleh basa NaOH 0,1M. Campuran ini sering juga disebut susu magnesium atau aluminium hidroksida. Bila masuk kedalam lambung, campuran aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida sebagian akan dinetralkan oleh asam lambung, sehingga pH cairan lambung akan naik. Nilai pH maksimum yang dapat dicapai dan kemampuan mempertahankan pH cairan lambung sekitar 3,5-5 yang identik dengan pH magaldrate(Jagadesh,2015).
Beberapa senyawa yang digunakan antasida misalnya, kalsium karbonat(CaCO3), natrium bikarbonat(NaHCO3), magnesium karbonat(MgCO3), magnesim hidroksida Mg(OH)2, aluminium hidroksida Al(OH)3 atau kombinasinya. Reaksi yang terjadi :
NaHCO3 + HCl -----> NaCl + H2O + CO2 ..........(3)
NACO3 + 2 HCl -----> CaCl2 + H2O + CO2 ..........(4)
MgCO3 + 2 HCl -----> MgCl2 + H2O + CO2 ..........(5)
Mg(OH)2 + 2 HCl -----> MgCl2 + 2 H2O ..........(6)
Al(OH)3 + 3 HCl -----> AlCl3 + 3 H2O ..........(7)
gas CO2 yang dihasilkan dalam reaksi tersebut dapat menyebabkan tekanan gas didalam lambung meningkat, sehingga dikeluarkan dengan sendawa. Umumnya obat antasida yang banyak dipilih adalah jenis yang sukar larut, sehingga reaksinya lambat dan dapat bertahan lama, misalnya magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida. Beberapa obat maag seperti mylanta, alumy, promag, dan sejenisnya mengandung senyawa utama magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida(Syukri,1999).
III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahana. Buret (1 buah)
b. Pipet tetes (1 buah)
c. Labu ukur (1 buah)
d. Erlenmeyer (1 buah)
e. Gelas beker (1 buah)
f. Corong kaca (1 buah)
g. Statif (1 buah)
h. Klem (1 buah)
i. Obat maag (10 ml)
j. Larutan HCl 0,1N (10 ml)
k. Larutan NaOH 0,1N (secukupnya)
l. Indikator PP (3 tetes)
3.2 Gambar Alat
-
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Standarisasi larutan HCl 0,1M
3.3.2 Penentuan kadar basa dalam obat maag
IV. Data dan Analisa
4.1 Data Percobaan4.2 Analisa Data
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan komposisi magnesium dan aluminium hidroksida dalam obat maag menggunakan titrasi asam basa dengan menitrasinya dengan larutan baku natrium hidroksida. Asam klorida digunakan sebagai larutan baku primer untuk menstadarisasi larutan natrium hidroksida. Prinsip percobaan ini adalah reaksi netralisasi, ini dilakukan titrasi metode asidimetri(penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan standar asam) dan alkalimetri(penentuan kadar asam dengan standar basa), kedua titrasi ini termasuk ke dalam jenis titrasi balik yaitu jenis titrasi menganalisa sampel(obat maag cair) dengan suatu pereaksi berlebih yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasdti(NaOH 0,1N), kemudian sisa dari pereaksi tersebut dititrasi dengan menggunakan larutan baku(HCl).
Rekomendasi Laporan lain:
Indikator yang digunakan pada percobaan ini adalah indikator PP dan dititrasi dengan larutan NaOH. Indikator PP merupakan asam diplotik yang tidak berwarna. Indikator ini sukar larut dalam air tetapi dapat berinteraksi dengan air sehingga cincin laktonnya terbuka dan membentuk asam yang tidak berwarna. Perubahan warna yang terjadi ialah dari putih bening menjadi merah muda. Pada saat inilah titik akhir titrasi terjadi yaitu saat perubahan dari putih bening menjadi merah muda, sehingga titrasi harus segera dihentikan. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
Mg(OH)2(s) + 2 HCl(aq) -----> MgCl2(aq) + 2 H2O(l) ..........(1)
Al(OH)3(s) + 3 HCl(aq) -----> AlCl3(aq) + 3 H2O(l) ..........(2)
reaksi tersebut merupakan reaksi yang terjadi ketika sampel obat maag yang mengandung Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dicampurkan dengan larutan baku HCl.
Pada standarisasi larutan HCl 0,1M didapatkan volume rata-rata NaOH yang digunakan saat titrasi sebesar 3,9 ml dengan pengulangan sebanyak 2kali. Sedangkan pada penentuan kadar basa dalam obat maag volume rata-rata NaOH yang digunakan saat titrasi sebesar 3,67 ml. Perhitungan normalitas asam HCl di dapatkan sebesar 0,039 n, artinya ada sejumlah 0,039 ekuivalen zat terlarut(HCl) dalam 1 liter larutan. Pada perhitungan penentuankadar basa dalam obat maag didapatkan kadar Al(OH)3 sebanyak 9,45 mg dan kadar Mg(OH)2 sebanyak 6,3 mg dalam 1 ml suspensi artinya terdapat kadar Al(OH)3 sebanyak 47,25 mg dan kadar Mg(OH)2 sebanyak 31,5 mg dalam 5 ml suspensi. Hal ini berbeda dengan massa yang tertera pada label obat maag antasida doen yang digunakan pada percobaan ini, yang mempunyai komposisi Mg(OH)2 dan Al(OH)3 masing-masing sebesar 200 mg dalam 5 ml suspensi. Penyebab perbedaan hasil praktikum dengan data yang tertera di label ialah kandungan dalam tablet antasida bukan hanya aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida saja melainkan agen lain yaitu dimethyl polysiolxane. Dimethyl polysiolxane, suatu zat anti-busa adalah komponen yang biasa terdapat dalam preparat antasida. Zat ini ditambahkan untuk mengurangi basa dari cairan lambung, agar mengurangi rasa kembung dan flatulen. Semakin banyak kadar antasida didalam obat maag[ Mg(OH)2 dan Al(OH)3] maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengeatasi gejala sakit maag dengan tuntas.
Perbedaan hasil percobaan dengan label yang tertera pada obat juga mungkin karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama percobaan, seperti kesalahan yang mungkin terjadi pada saat titrasi, antara lain berasal dari keadaan buret yang kurang baik, dimana didapatkan buret dalam keadaan bocor pada kerannya, sehingga ada penitran yang tidak masuk ke dalam labu erlenmeyer, akan tetapi terbaca sebagai penitran yang bereaksi dengan analit dalam labu erlenmeyer. Kesalahan juga terdapat pada saat pembacaan skala buret(paralaks) yang akan mengakibatkan kesalahan pada perhitungan.
V. Kesimpulan
Penentuan kandungan basa Mg(OH)2 dan Al(OH)3 pada percobaan ini dalam obat maag(antasida doen) dilakukan secara titrasi asam basa, yaitu dengan metode asidimetri dan alkalimetri. Pada percobaan ini didapatkan kandungan basa di dalam obat maag, yaitu sebesar(dalam 1 ml suspensi) :V. Kesimpulan
a. Kadar Mg(OH)2 = 9,45 mg
VI. Daftar Pustaka
Brindle, Harry.1953. The Chemical Evaluation Of Antacids. Journal Of Pharmacy. Vol 3(2) : 129.
Jacyna, M ; Boyd.E.J ; Wormsley.K.G.2012. Comparative Study Of Four Antacids. Journal Of Clinical Epidemology. Vol 60(4) : 89-102.
Jagadesh, K.2015. Study Of Acids Neutralizing Capacity Of Various Antacids Formulations. Asian Journal Of Pharmaceutical Technology And Innovation. Vol 3(12) : 59.
Syukri, S.1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.
Tjahjadarmawan, Elizabeth.2016. Bernas Kimia Jilid II. Yogyakarta : Citra Media
VII. Bagian Pengesahan
-
VIII. Lampiran