Laporan Praktikum Mikrobiologi Pengenalan Alat Lab

Daftar isi

Laporan Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi

I. Kompetensi

Mahasiswa mampu menguasai penggunaan peralatan-peralatan yang umum digunakan dalam bidang mikrobiologi dan menjelaskan secara rinci fungsi dan cara penggunaan masing-masing alat.

II. Tujuan Percobaan

  1. Mengetahui penggunaan peralatan sesuai dengan kebutuhan.
  2. Menggunakan peralatan sesuai dengan prosedur operasional standar secara mandiri.

III. Tinjauan Pustaka

3.1 Peralatan Gelas

Sesuai dengan namanya, peralatan gelas adalah alat-alat laboratorium yang terbuat dari gelas. Tak seperti gelas pada umumnya, alat gelas laboratorium dibuat khusus sesuai ketentuan pemakaian. Alat gelas didesain agar dapat tahan hingga suhu dan temperatur tertentu. Misal, gelas beaker yang terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200°C (pyrex) (Juvitasari dkk, 2017). Alat-alat laboratorium dari gelas yang umum dimiliki oleh laboratorium sekolah adalah: erlenmeyer, gelas beaker, gelas piala, cawan petri, gelas ukur (semuanya dalam berbagai ukuran), gelas pengaduk, lampu spirtus, dan lain-lain (Munandar, 2012).

3.1.1 Cawan Petri

Cawan petri adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik atau kaca. Cara menggunakan cawan petri, terlebih dahulu bibir cawan dipanaskan diatas bunsen, agar mikroba yang tidak diinginkan mati (Susanti, 2017). Cawan petri berfungsi untuk kegiatan isolasi, pemurnian dan membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Cawan petri terdiri dari berbagai ukuran diameter. Cawan dengan diameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm dapat diisi media sebanyak 10 ml (Yunilas dan Yusni, 2017).

3.1.2 Gelas Beaker

Gelas Beaker atau gelas kimia merupakan gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200°C (pyrex) (Juvitasari dkk., 2017). Gelas ini digunakan untuk menuang, membuat dan mendidihkan larutan. Dapat digunakan juga untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi (Wardiyah, 2016). Ukuran gelas beaker yaitu 5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 150 ml, 250 ml, 400 ml, 500 ml, 600 ml, 1000 ml, 2000 ml, 3000 ml, dan 5000 ml (Susanti, 2017).

Fungsi lain gelas kimia (gelas beker) yaitu sebagai tempat mereaksikan bahan dan tempat melarutkan bahan (Eliyarti dkk., 2020). Cara menggunakan gelas kimia dalam pemanasan larutan, yaitu menggunakan kaki tiga dan kawat kasa sebagai penopang. Lalu, meletakkan batang gelas pada gelas kimia untuk menghindari pemanasan mendadak. Kemudian, hanya mengisikan air sebanyak seperempat bagian jika gelas kimia difungsikan sebagai penangas air. Hal itu dilakukan supaya tidak terjadi tumpahan (Susanti, 2017).

3.1.3 Gelas Ukur

Gelas ukur dapat terbuat dari gelas (polipropilen) ataupun plastik, berbentuk seperti pipa yang mempunyai kaki/dudukan sehingga dapat ditegakkan (Susanti, 2017). Gelas ukur terbuat dari bahan gelas biasa, sehingga tidak tahan pemanasan. Alat ini digunakan untuk mengukur volume cairan atau larutan. Kapasitas dari gelas reaksi yang tersedia ada 5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml, dan 2000 ml (Wardiyah, 2016).

Cara mengukur volume bahan cair menggunakan gelas ukur dimulai dari menggunakan gelas ukur yang ukurannya sesuai dengan volume bahan yang akan diukur. Selanjutnya, membaca skala pada gelas ukur dan menentukan harga setiap skalanya. Setelah itu, gelas ukur diisi dengan cairan yang akan diukur volumenya. Kemudian, skala dibaca sesuai dengan yang diinginkan dan pembacaan skala harus lurus dengan mata. Terakhir, jika volume yang diinginkan sudah tepat, maka cairan dapat dituang ke wadah lain (Susanti, 2017). Cara membaca gelas ukur adalah dengan melihat pada permukaan air tersebut pada arah mendatar, arah penglihatan dan mata harus benar-benar horizontal tidak boleh dari arah atas maupun dari arah bawah (Juvitasari dkk, 2017).

3.1.4 Tabung Reaksi

Tabung reaksi merupakan peralatan kaca yang berfungsi sebagai wadah untuk pengenceran, menumbuhkan mikroba, dan pengujian biokimiawi. Tabung reaksi terdapat dua macam model yaitu ada yang memiliki tutup dan ada yang tidak. Tabung reaksi yang tidak memiliki tutup sebagai gantinya dapat ditutup dengan kapas, metal, plastik atau aluminium foil. Tabung reaksi digunakan sebagai wadah yang diisi media padat, semi padat dan cair (Yunilas dan Yusni, 2017). Kapasitas dari tabung reaksi yang tersedia ada 5 ml, 10 ml, 14 ml, 16 ml, 19 ml, 31 ml, 55 ml, dan 75 ml (Wardiyah, 2016).

Tabung reaksi dalam penggunaanya biasanya dibantu dengan penjepit kayu untuk memudahkan pemanasan bahan yang direaksikan dan untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari reaksi (Eliyarti dkk., 2020). Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimia dan menumbuhkan mikroba. Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Pembuatan media agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media, yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar risiko kontaminasi. Media yang ditambahkan dalam pembuatan agar miring cukup berkisar 10-12 ml tiap tabung, agar lebih efisien (Widodo dkk., 2013).

3.1.5 Pipet Ukur

Pipet ukur terbuat dari bahan gelas biasa, kadang–kadang terbuat dari bahan borosilikat. Alat ini digunakan untuk mengukur cairan atau larutan. Jumlah volumenya berdasarkan volume yang dikeluarkan. Kapasitas dari pipet ukur yang tersedia adalah 0,1 ml, 0,2 ml, 0,5 ml, 1 ml, 2 ml, 5, ml, 10 ml, dan 25 ml (Wardiyah, 2016). Cara menggunakan pipet ukur yaitu dihubungkan dengan pipet filler kemudian bahan kimia diambil sesuai meniscus dan skala yang tertera (Susanti, 2017).

3.1.6 Labu Erlenmeyer

Nama labu ini diambil dari nama "Emil Erlenmeyer", seorang kimiawan asal jerman (Nurmawati, 2020). Labu Erlenmeyer terbuat dari gelas borosilikat. Alat ini digunakan sebagai tempat larutan yang dititrasi dalam analisa volumetri. Bentuknya mirip beaker glass tetapi memiliki leher yang sempit, dengan keuntungan mengurangi penguapan zat cair dalam pemanasan dan menghindari tumpah ketika dalam proses pengadukan. Pada sisi luar terdapat skala yang menunjukan perkiraan (Wardiyah, 2016).

Ukuran erlenmeyer beragam sesuai dengan kebutuhan volume cairan yang akan digunakan. Volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dan sebagainya (Yunilas dan Yusni, 2017). Cara menggunakan erlenmeyer ketika proses titrasi yaitu erlenmeyer diletakkan dibawah buret sebagai wadah analit (zat yang ingin diketahui konsentrasinya (Susanti, 2017).

3.1.7 Tabung Durham

Tabung durham berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan (Widodo dkk., 2013). Tabung durham bentuknya seperti tabung reaksi namun memiliki ukuran lebih kecil dibanding tabung reaksi. Tabung durham itu ditempatkan terbalik di dalam tabung reaksi yang lebih besar dan tabung ini kemudian diisi dengan medium cair. Setelah seluruhnya disterilkan dan medium sudah dingin, maka dapat dilakukan inokulasi. Jika bakteri yang ditumbuhkan dalam media tersebut memang menghasilkan gas, maka gas akan tampak sebagai gelembung pada dasar tabung durham (Yunilas dan Yusni, 2017).

3.1.8 Pipet Tetes

Pipet tetes adalah jenis pipet yang berupa pipet kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya agak meruncing dengan ujung atasnya ditutupi karet (Eliyarti dkk., 2020). Pipet tetes merupakan alat yang terbuat dari gelas dilengkapi karet yang digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil (Wardiyah, 2016). Pipet tetes mempunyai ujung lancip dan panjang sehingga mudah untuk melakukan penambahan zat cair setetes demi setetes (Susanti, 2017).

Sesuai dengan namanya, pipet yang satu ini mampu memindahkan cairan dalam jumlah yang sangat kecil yaitu berupa tetesan (Nurmawati, 2020). Cara menggunakan pipet tetes yaitu dengan memegang karet penghisap pipet tetes dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian karet hisap ditekan dengan kedua jari sementara ujung pipet tetes dicelupkan ke dalam larutan atau cairan, maka tekanan karet penghisap dikurangi sedikit demi sedikit sehingga larutan masuk ke dalam pipet tetes. Setelah itu, bawalah pipet ke arah tempat larutan yang baru. Untuk mengeluarkan larutan dari dalam pipet, berilah tekanan dengan kedua jari pada karet pipet sampai larutan yang berada di dalam pipet menetes keluar (Susanti, 2017).

3.1.9 Corong Gelas

Corong adalah alat laboratorium berbentuk kerucut dan terdapat bagian seperti tabung yang sempit. Corong digunakan untuk memindahkan larutan dan atau menyaring yang biasanya menggunakan kertas saring (Wardiyah, 2016). Corong kaca biasanya digunakan untuk melakukan penyaringan endapan. Ukuran corong kaca yaitu 25 mm, 50 mm, 75 mm, 100 mm, dan 150 mm (Susanti, 2017). Cara penggunaan corong yang tepat adalah meletakkan corong pada wadah yang memiliki mulut sempit dan diganjal atau diangkat sedikit sehingga ada jarak antar dinding corong dan wadah (Juvitasari dkk, 2017).

3.1.10 Labu Takar

Labu takar terbuat dari bahan gelas biasa atau dari bahan borosilikat dengan volume sampai dengan 2 liter. Alat ini digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan dengan akurasi yang tinggi (Wardiyah, 2016). Ukuran labu takar yaitu 5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 200 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml, dan 2000 ml (Susanti, 2017). Umumnya, labu ukur ini berwarna transparan (Nurmawati, 2020).

Alat yang terbuat dari kaca berbentuk labu ini juga bisa digunakan untuk menyisakan larutan kimia analitik dengan konsentrasi dan jumlah yang berakurasi tinggi. Keakuratan yang tinggi ini dikarenakan oleh bagian lehernya yang terdapat sebuah lingkaran gradasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Pada lehernya juga terdapat tanda batas yang menunjukkan ukuran volume, mulai 1 mL hingga 2 L (Nurmawati, 2020). Cara menggunakan labu takar yaitu dengan mengisi larutan yang akan diencerkan atau padatan yang akan dilarutkan. Tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok kemudian penuhkan labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara membolak-balikkan labu sampai larutan homogen (Susanti, 2017).

3.2 Peralatan Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu bentuk usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala bentuk kehidupan terutama mikroba (Pali dkk, 2015). Sterilisasi adalah proses untuk menghilangkan semua jenis mikroorganisme yang hidup dalam suatu benda yaitu protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan virus. Sterilisasi berfungsi menjaga kebersihan atau sterilitas suatu benda yang akan dipergunakan (Istini, 2020). Maka dari itu, peralatan sterilisasi adalah semua jenis peralatan yang mencakup fungsi dan tujuan di atas. Peralatan sterilisasi yang umum digunakan adalah autoklaf.

3.2.1 Autoklaf

Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan (Widodo dkk., 2013). Suhu di dalamnya dapat mencapai 115°C hingga 125°C dan tekanan uapnya mencapai 2-4 atm. Alat tersebut merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta tekanan yang ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki (Pratomo, 2017). Autoklaf ada yang model listrik tetapi ada pula yang harus diletakkan di atas kompor gas (Pali dkk., 2015).

Jika alat ini dipanaskan, maka akan terjadi uap air yang tidak dapat keluar karena bejana tertutup rapat, sehingga tekanan di dalam autoklaf naik sampai melebihi tekanan normal (Pali dkk, 2015). Autoklaf ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121°C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121°C untuk waktu 10-15 menit (Yunilas dan Yusni, 2017).

3.2.2 Oven

Oven berfungsi untuk sterilisasi kering. Alat-alat yang disterilkan menggunakan oven antara lain peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, dll. Sterilisasi kering dengan oven dilakukan dengan cara memanaskan pada suhu 180°C selama 1 jam (Yunilas dan Yusni, 2017). Disamping itu, oven juga dapat digunakan untuk sterilisasi kapas dan kertas kain dengan mengamati termometer sampai suhu tertentu. Oven disebut sebagai alat sterilisasi kering karena menggunakan udara panas untuk proses pensterilannya (Munandar, 2012).

3.2.3 Laminar Air Flow

Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis. LAF mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan (Yunilas dan Yusni, 2017). LAF Cabinet dapat meminimalkan resiko kegagalan akibat kontaminasi sampel dan memberikan rasa aman dan tingkat keselamatan pengguna dapat terjamin (Harjanto dan Raharjo, 2017). Prinsip Laminar adalah dengan mengalirkan udara pada ruangan laboratorium ke dalam Laminar yang merupakan meja steril untuk melakukan kegiatan inokulasi mikroorganisme, yang dilengkapi dengan pre-filter dan HEPA (High Efficiency Particulate Air Filter). Laminar yang banyak dijual memiliki prinsip kerja mekanik dan fisik dengan udara lebih dahulu disaring melalui pre-filter untuk mencegah masuknya partikel yang berukuran lebih dari 0,5 mm, kemudian disaring lagi oleh saringan HEPA untuk mencegah masuknya partikel yang berukuran lebih dari 0,3 mm, dan setelah itu dihisap oleh blower (Baruno, 2021).

3.3 Alat Inkubasi

3.3.1 Inkubator

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya, adalah 10-70°C (Widodo dkk., 2013). Inkubator banyak digunakan dalam ruang lingkup penelitian, khususnya dalam persiapan inokulum untuk proses identifikasi secara morfologi atau analisis tentang organisme yang bersangkutan. Jenis inkubator berdasarkan kegunaannya secara khusus adalah Shaker incubator, Cooled incubator, CO2 incubator, dan Automatic temperature change incubator (Nuraini, 2020). Inkubator bakteri suhu dingin bekerja dengan memberikan paparan suhu dingin pada chamber. Keuntungan inkubator bakteri dengan suhu dingin dibandingkan inkubator dengan suhu panas yaitu dari segi suhu inkubasinya dapat menginkubasi bakteri dengan suhu inkubasi dibawah suhu ruang (Cahyadi dkk., 2019).

3.3.2 Anaerobik Jar

Anaerobik jar adalah tabung berdinding tebal dengan segel kedap udara, dimana tabung, pelat, atau wadah yang akan diinkubasi ditempatkan bersama dengan sistem pembangkit H2 dan CO2 (sistem GasPak). Alat ini digunakan untuk budidaya mikroorganisme anaerob. Udara di dalam jar diganti dengan campuran H2 dan CO2 sehingga menyebabkan kondisi anoksik. Berbagai sistem digunakan untuk menghilangkan oksigen dan kelembaban di dalam jar (Tewari and Khalua, 2020). Anaerobik jar dirancang dengan ruang kosong di sebelah dua ruang sampel sebagai tempat meletakkannya kantung sachet anaerobik (Christfort et al., 2022). Pada saat ini, laboratorium mikrobiologi banyak menggunakan anaerobic jar bebas oksigen dan teknik Hungate untuk isolasi mikroorganisme anaerob (Humaidah, 2012).

3.4 Alat lainnya

3.4.1 Mikroskop

Mikroskop adalah suatu alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda berukuran mikro, yang mampu menghasilkan perbesaran hingga ratusan kali (Masrikhiyah, 2019). Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa yang dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa yang dengan pengamat disebut lensa okuler (Susatyo dan Sugiharto, 2018). Mikroskop memiliki prinsip kerja yakni dengan memantulkan cahaya melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa objektif. Di lensa objektif bayangan yang dihasilkan adalah maya terbalik, dan diperbesar. Kemudian bayangan akan diteruskan dan menghasilkan bayangan yang tegak, nyata, dan diperbesar untuk mata pengamat (Andriani, 2016). Jenis mikroskop terbagi atas dua yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron (Rahmadina dan Febriani, 2017).

3.4.2 Mikropipet

Autopipet sering juga disebut pipet mikro adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan suatu cairan dengan tingkat presisi yang tinggi. Skala pengukuran pada autopipet adalah μl. Autopipet digunakan bersama dengan sebuah tip yang ukurannya disesuaikan dengan volume cairan yang akan dipipet. Semakin besar volume yang akan dipipet, semakin besar pula ukuran tip-nya (Azhari dan Choirul, 2015). Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1-20 μl atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 μl (Widodo dkk., 2013). Mikropipet berdasarkan volumenya terdiri atas tiga jenis yang umum digunakan yaitu P20, P200, dan P1000. Setiap ukuran yang berbeda dirancang untuk mengukur cairan dalam rentang volume yang berbeda (Hasibuan, 2018).

3.4.3 Jarum Ose

Jarum ose merupakan jarum yang terbuat dari kawat nichrome atau platinum. Jarum ose digunakan untuk menginokulasi mikroba dari suatu media ke media lainnya. Jarum ose ini terbuat dalam dua bentuk yaitu bentuk ujung jarum yang berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop / transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle / Transfer needle (Yunilas dan Yusni, 2017). Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating). Jarum inokulum ini akan sangat bermanfaat saat membelah agar untuk preparasi Heinrich's Slide Culture (Widodo dkk., 2013).

3.4.4 Timbangan Analitik

Timbangan analitik digunakan untuk menimbang media dan juga sample atau contoh uji saat preparasi (Yunilas dan Yusni, 2017). Terdapat tiga jenis timbangan analitik, yaitu timbangan analitik dengan tiga buah lengan ayun berskala, timbangan analitik digital dengan penutup, dan timbangan analitik digital model kompak. Timbangan analitik dengan tiga buah lengan ayun memiliki masing-masing skala 10 g, 1 g, 0,01 g, dan 0,0001 g (Wardiyah, 2016). Cara menggunakan timbangan analitik dengan tiga buah lengan yaitu dengan menggeser lengan yang ada pada timbangan sampai timbangannya seimbang. Sementara itu, cara menggunakan timbangan analitik digital dimulai dari timbangan analitik yang diletakkan pada tempat datar. Selanjutnya botol timbang bersih atau gelas arloji disiapkan untuk menimbang zat. Apabila piring timbangan menempel zat-zat kimia sisa sebelumnya maka perlu dibersihkan. Setelah itu, timbangan disetimbangkan pada skala nol. Kemudian, botol timbang atau kaca arloji diletakkan di atas iring dan ditimbang. Lalu, ubah timbangan pada skala nol (Susanti, 2017).

3.4.5 Desikator

Desikator adalah wadah yang terbuat dari bahan gelas yang kedap udara. Cara menggunakan desikator yaitu senyawa padat/kristal yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator menggunakan wadah yang sesuai, lalu di dalam dasar desikator diberikan senyawa higroskopis dan desikator ditutup rapat. Proses pengeringan dengan desikator dapat memerlukan waktu hingga 2-3 hari (Susanti, 2017). Desikator memiliki wujud seperti panci bersusun, dengan pembatas di bagian tengah. Bagian bawah berisi silica gel sebagai pengering. Desikator ini digunakan untuk pengeringan bahan kimia. Pada penutupnya dilapisi dengan vaselin untuk menjaga tetap kedap udara. Ada 2 macam desikator, yaitu desikator biasa dan vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa (Wardiyah, 2016).

IV. Metodologi Percobaan

4.1 Alat dan Bahan

  1. Cawan petri
  2. Gelas beaker
  3. Gelas ukur
  4. Tabung reaksi
  5. Pipet ukur
  6. Labu Erlenmeyer
  7. Tabung durham
  8. Pipet tetes
  9. Corong gelas
  10. Labu takar
  11. Autoklaf
  12. Oven
  13. Laminar Air Flow
  14. Inkubator
  15. Anaerobic jar
  16. Mikroskop
  17. Mikropipet
  18. Jarum ose
  19. Timbangan analitik
  20. Desikator

4.2 Cara Kerja

  1. Berbagai macam alat-alat laboratorium disiapkan.
  2. Fungsi dari setiap alat yang disediakan diperhatikan dan dicatat.
  3. Cara penggunaan setiap alat dipahami.

V. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan alat-alat laboratorium mikrobiologi
No. Gambar Hasil
1
cawan petri
Gambar 1. Cawan Petri (Luklukyah dkk., 2019)
Cawan petri termasuk ke dalam jenis peralatan gelas. Cawan petri berfungsi untuk kegiatan isolasi, pemurnian dan membiakkan (kultivasi) mikroorganisme.
2
gelas beaker
Gambar 2. Gelas Beaker (Wardiyah, 2016)
Gelas beaker termasuk ke dalam jenis peralatan gelas. Alat ini berfungsi untuk menuang, membuat dan mendidihkan larutan.
3
gelas ukur
Gambar 3. Gelas Ukur (Wardiyah, 2016)
Gelas ukur termasuk ke dalam jenis peralatan gelas. Alat ini berfungsi untuk mengukur volume cairan atau larutan.
4
tabung reaksi
Gambar 4. Tabung Reaksi (Wardiyah, 2016)
Tabung reaksi termasuk ke dalam jenis peralatan gelas. Tabung reaksi berfungsi sebagai wadah untuk pengenceran, menumbuhkan mikroba, dan pengujian biokimiawi.
5
pipet ukur
Gambar 5. Pipet Ukur (Wardiyah, 2016)
Pipet ukur termasuk ke dalam peralatan gelas. Pipet ukur berfungsi untuk mengukur cairan atau larutan.
6
labu erlenmeyer
Gambar 6. Labu Erlenmeyer (Wardiyah, 2016)
Labu Erlenmeyer termasuk ke dalam peralatan gelas. Alat ini berfungsi sebagai tempat larutan yang dititrasi dalam analisa volumetri.
7
tabung durham
Gambar 7. Tabung Durham (Purnawati dkk., 2017)
Tabung durham termasuk ke dalam peralatan gelas. Tabung durham berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan.
8
pipet tetes
Gambar 8. Pipet Tetes (Wardiyah, 2016)
Pipet tetes termasuk ke dalam peralatan gelas. Pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil.
9
corong gelas
Gambar 9. Corong Gelas (Wardiyah, 2016)
Corong gelas termasuk ke dalam jenis peralatan gelas. Corong gelas berfungsi untuk memindahkan larutan dan atau menyaring yang biasanya menggunakan kertas saring.
10
labu takar
Gambar 10. Labu Takar (Susanti, 2017)
Labu takar termasuk ke dalam jenis peralatan gelas. Labu takar berfungsi untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan dengan akurasi yang tinggi.
11
autoklaf
Gambar 11. Autoklaf (Luklukyah dkk., 2019)
Autoklaf termasuk ke dalam jenis peralatan sterilisasi. Autoklaf berfungsi mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
12
oven
Gambar 12. Oven (Rizky, 2018)
Oven termasuk ke dalam jenis peralatan sterilisasi. Oven berfungsi untuk sterilisasi kering.
13
laminar air flow
Gambar 13. Laminar Air Flow (Luklukyah dkk., 2019)
Laminar Air Flow termasuk ke dalam jenis peralatan sterilisasi. Alat ini berfungsi untuk bekerja secara aseptis.
14
inkubator
Gambar 14. Inkubator (Luklukyah dkk., 2019)
Incubator termasuk ke dalam jenis peralatan inkubasi. Incubator berfungsi untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol.
15
anaerobik jar
Gambar 15. Anaerobik Jar (Rahmawati, 2022)
Anaerobic jar termasuk ke dalam jenis peralatan inkubasi. Anaerobic jar berfungsi untuk budidaya mikroorganisme anaerob.
16
mikroskop
Gambar 16. Mikroskop (Luklukyah dkk., 2019)
Mikroskop termasuk ke dalam jenis peralatan lainnya. Mikroskop berfungsi untuk melihat benda-benda berukuran mikro.
17
mikropipet
Gambar 17. Mikropipet (Widodo dkk., 2013)
Mikropipet termasuk ke dalam jenis peralatan lainnya. Mikropipet berfungsi untuk memindahkan suatu cairan dengan tingkat presisi yang tinggi.
18
jarum ose
Gambar 18. Jarum Ose (Widodo dkk., 2013)
Jarum ose termasuk ke dalam jenis peralatan lainnya. Jarum ose berfungsi untuk menginokulasi mikroba dari suatu media ke media lainnya.
19
timbangan analitik
Gambar 19. Timbangan Analitik (Susanti, 2017)
Timbangan analitik termasuk ke dalam jenis peralatan lainnya. Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang media dan juga sample atau contoh uji saat preparasi.
20
desikator
Gambar 20. Desikator (Wardiyah, 2016)
Desikator termasuk ke dalam jenis peralatan lainnya. Desikator berfungsi untuk pengeringan bahan kimia.

VI. Pembahasan

Praktikum Mikrobiologi Umum acara I yang berjudul "Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi", dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 9 Maret 2022 pukul 10:00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan secara daring (online) melalui aplikasi Microsoft Teams. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui penggunaan peralatan sesuai dengan kebutuhannya dan menggunakan peralatan sesuai dengan prosedur operasional standar secara mandiri.

6.1 Peralatan Gelas

Peralatan gelas adalah alat laboratorium yang terbuat dari gelas yang sudah dibuat dengan ketentuan khusus agar sesuai dengan pemakaian di laboratorium. Terutama untuk peralatan yang sering menggunakan metode pemanasan. Biasanya, peralatan yang memerlukan kekuatan untuk tahan panas dibuat dengan bahan kaca borosilikat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Juvitasari dkk (2017) bahwa alat gelas didesain agar dapat tahan hingga suhu dan temperatur tertentu. Adapun alat gelas yang berada di laboratorium mikrobiologi adalah cawan petri, gelas beaker, gelas ukur, tabung reaksi, pipet ukur, labu Erlenmeyer, tabung durham, pipet tetes, corong gelas, dan labu takar.

Cawan petri memiliki bentuk bulat dan terbuat dari plastik atau kaca. Cawan petri ini merupakan sebuah wadah yang digunakan dalam kegiatan isolasi, pemurnian, dan membiakkan mikroorganisme. Cawan petri ini memiliki berbagai macam ukuran. Ukuran yang tersedia adalah cawan berdiameter 15 cm dan 9 cm. Sebelum menggunakannya, perlu dilakukan pemanasan pada bibir cawan supaya mikroba yang tidak diinginkan mati. Hal ini didasarkan pada pernyataan Yunilas dan Yusni (2017) yang menyatakan bahwa cawan petri berfungsi untuk kegiatan isolasi, pemurnian dan membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Susanti (2017) menambahkan bahwa Cara menggunakan cawan petri, terlebih dahulu bibir cawan dipanaskan diatas bunsen, agar mikroba yang tidak diinginkan mati.

Gelas beaker merupakan salah satu peralatan gelas yang memiliki skala pada dindingnya. Namun, gelas beaker tidak difungsikan sebagai alat ukur melainkan untuk menuang, membuat, mendidihkan, melarutkan, dan mereaksikan bahan. Karena salah satu fungsinya mengharuskan gelas beaker untuk tahan panas, maka bahan penyusunnya menggunakan kaca borosilikat. Gelas beaker ini memiliki berbagai macam ukuran mulai dari 5 ml hingga 5000 ml. Dalam menggunakan gelas beaker sebagai alat pemanasan, air yang mengisi gelas cukup seperempat saja untuk mencegah terjadinya tumpahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Juvitasari dkk. (2017) bahwa gelas beaker terbuat dari kaca sorbolikat.

Gelas ukur berfungsi untuk menghitung volume cairan atau larutan. Gelas beaker ini terbuat dari gelas ataupun plastic dan memiliki dudukan pada bagian bawahnya. Karena terbuat dari plastic, maka gelas ukur tidak tahan panas. Kapasitas dari gelas ukur ini berbeda-beda mulai dari 5 ml hingga 2000 ml. Pada saat membaca skala larutan yang dihitung pada gelas ukur, posisi mata perlu sejajar dengan gelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Juvitasari dkk. (2017) bahwa cara membaca gelas ukur adalah dengan melihat pada permukaan air tersebut pada arah mendatar, arah penglihatan dan mata harus benar-benar horizontal tidak boleh dari arah atas maupun dari arah bawah.

Salah satu fungsi tabung reaksi adalah sebagai wadah untuk menumbuhkan mikroba. Tabung ini nantinya akan diisi media baik padat, semi padat, maupun cair. Tabung reaksi ini ada yang memiliki tutup dan tidak. Ukuran dari tabung reaksi juga bervariasi mulai dari 5 ml hingga 75 ml. Dalam penggunaannya biasanya dibantu dengan penjepit kayu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunilas dan Yusni (2017) bahwa tabung reaksi digunakan sebagai wadah yang diisi media padat, semi padat dan cair. Wardiyah (2016) menambahkan bahwa kapasitas dari tabung reaksi yang tersedia ada 5 ml, 10 ml, 14 ml, 16 ml, 19 ml, 31 ml, 55 ml, dan 75 ml.

Pipet ukur berfungsi untuk mengukur larutan. Larutan yang diukur berdasarkan pada kapasitas dari pipet tersebut. Kapasitas pipet ukur ini mulai dari 0,1 ml hingga 25 ml. Pipet ukur terbuat dari bahan silika. Cara penggunaannya adalah dengan menghubungkannya dengan pipet filler. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanti (2017) yang menyatakan bahwa Cara menggunakan pipet ukur yaitu dihubungkan dengan pipet filler kemudian bahan kimia diambil sesuai meniscus dan skala yang tertera. Wardiyah (2016) menambahkan Kapasitas dari pipet ukur yang tersedia adalah 0,1 ml, 00,2 ml, 0,5 ml, 1 ml, 2 ml, 5, ml, 10 ml, dan 25 ml.

Labu Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah larutan yang dititrasi. Labu erlenmeyer terbuat dari bahan gelas borosilikat. Labu Erlenmeyer memiliki bentuk leher yang sempit untuk mengurangi penguapan. Sama seperti peralatan lain, kapasitas labu Erlenmeyer juga beragam mulai dari 25 ml hingga 1000 ml. Pada saat melakukan titrasi, labu Erlenmeyer cukup diletakkan di bawah buret sebagai wadah analit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardiyah (2016) bahwa bentuk labu erlenmeyer mirip beaker glass tetapi memiliki leher yang sempit, dengan keuntungan mengurangi penguapan zat cair dalam pemanasan dan menghindari tumpah ketika dalam proses pengadukan.

Tabung durham memiliki bentuk yang menyerupai tabung reaksi, hanya saja dengan ukuran lebih kecil. Tabung durham ini memiliki fungsi dalam menjebak gas yang terbentuk pada tabung reaksi akibat metabolisme bakteri. Tabung durham ini diposisikan secara terbalik di dalam tabung reaksi supaya dapat menahan gas yang dikeluarkan oleh bakteri. Keadaan dalam tabung durham menunjukkan kemampuan bakteri pada tabung reaksi. Apabila terdapat gelembung pada dasar tabung durham, maka bakteri memang menghasilkan gas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunilas dan Yusni (2017) bahwa Jika bakteri yang ditumbuhkan dalam media tersebut memang menghasilkan gas, maka gas akan tampak sebagai gelembung pada dasar tabung durham.

Pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dan memindahkannya dalam jumlah kecil berupa tetesan. Pipet tetes ini terbuah dari plastic atau gelas yang bagian atasnya ditutupi karet. Dalam menggunakannya, karet pada pipet ditekan supaya larutan masuk dari ujung pipet. Selanjutnya, pipet dibawa secara hati-hati menuju wadah yang larutan yang baru. Kemudian, tekanan pada karet dilepas perlahan supaya larutan dapat keluar dari ujung pipet. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardiyah (2016) bahwa pipet tetes merupakan alat yang terbuat dari gelas dilengkapi karet yang digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil.

Corong gelas memiliki bentuk kerucut dan bagian bawah berupa tabung sempit. Corong berfungsi dalam memindahkan larutan ke wadah yang memiliki mulut kecil. Namun, corong juga sering digunakan dalam proses penyaringan endapan yang menggunakan kertas saring. ukuran corong gelas bervariasi mulai dari 25 mm hingga 150 mm. Penggunaan corong cukup mudah, yaitu cukup meletakkannya pada mulut wadah yang sempit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardiyah (2016) bahwa Corong digunakan untuk memindahkan larutan dan atau menyaring yang biasanya menggunakan kertas saring.

Labu takar ada yang terbuat dari bahan gelas biasa dan ada yang dari bahan borosilikat. Alat ini biasanya berwarna transparan Labu takar ini memiliki fungsi dalam membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Keakuratan tersebut dikarenakan lingkaran pada bagian leher labu takar yang menunjukkan berbagai macam hal. Ukuran labu takar ini bervariasi mulai dari 5 ml hingga 2000 ml. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurmawati (2020) bahwa keakuratan yang tinggi ini dikarenakan oleh bagian lehernya yang terdapat sebuah lingkaran gradasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Susanti (2017) menambahkan bahwa Ukuran labu takar yaitu 5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 200 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml, dan 2000 ml.

6.2 Peralatan Sterilisasi

Autoklaf berfungsi untuk mensterilkan alat-alat dan bahan. Autoklaf ini menggunakan uap air panas bertekanan dalam membunuh mikroba-mikroba pada alat dan bahan. Suhu di dalamnya dapat mencapai 115°C hingga 125°C dan tekanan uapnya mencapai 2-4 atm. Lama waktu sterilisasi dengan autoklaf ini tergantung pada objek, jika banyak atau tebal maka perlu waktu yang lebih panjang. Autoklaf ini ada yang model listrik dan ada yang manual diletakkan di atas kompor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo dkk. (2013) bahwa autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Yunilas dan Yusni (2017) menambahkan bahwa jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121°C untuk waktu 10-15 menit.

Oven digunakan untuk sterilisasi kering. Oleh karena itu, oven juga dapat untuk sterilisasi kapas serta kertas kain di luar alat-alat laboratorium biasanya. Alat-alat yang bisa disterilisasi dengan oven umumnya berupa peralatan gelas. Sterilisasi kering dilakukan pada suhu 180°C selama 1 atau 2 jam. Sterilisasi menggunakan oven disebut sterilisasi kering karena menggunakan udara panas pada prosesnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Munandar (2012) yang menyatakan bahwa oven disebut sebagai alat sterilisasi kering karena menggunakan udara panas untuk proses pensterilannya.

Laminar Air Flow (LAF) digunakan untuk melakukan pekerjaan aseptis. LAF akan mematikan mikroba-mikroba yang tidak diinginkan pada sampel. Oleh karena itu, LAF akan meminimalkan resiko kegagalan akibat dari sampel yang terkontaminasi. Prinsip kerja dari LAF adalah mengalirkan udara pada meja steril yang dilengkapi pre-filter dan HEPA. Pre-filter dan HEPA akan mencegah masuknya partikel yang tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baruno (2021) bahwa prinsip Laminar adalah dengan mengalirkan udara pada ruangan laboratorium ke dalam Laminar yang merupakan meja steril untuk melakukan kegiatan inokulasi mikroorganisme, yang dilengkapi dengan pre-filter dan HEPA (High Efficiency Particulate Air Filter).

6.3 Alat Inkubasi

Inkubator digunakan untuk menginkubasi mikroba pada suhu terkontrol. Suhu dan waktu pada inkubator ini dapat diatur karena memiliki pengaturnya sendiri. Inkubator ini banyak digunakan di penelitian pada persiapan inokulum untuk proses analisis organisme yang bersangkutan. Inkubator dapat bekerja pada suhu dingin maupun panas sesuai dengan jenis bakteri yang diinkubasi. Inkubator ini memiliki beragam jenis, yaitu Shaker incubator, Cooled incubator, CO2 incubator, dan Automatic temperature change incubator. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuraini (2020) yang menyatakan bahwa inkubator banyak digunakan dalam ruang lingkup penelitian, khususnya dalam persiapan inokulum untuk proses identifikasi secara morfologi atau analisis tentang organisme yang bersangkutan.

Anaerobic jar merupakan toples berdinding tebal yang kedap udara. Alat ini digunakan untuk membiakkan mikroorganisme anaerob. Anaerobic jar ini menggunakan sistem GasPak yaitu sistem pembangkit H2 dan CO2. Gas tersebut merupakan pengganti oksigen yang dikeluarkan dari dalam toples. Biasanya digunakan kantung sachet anaerobic yang ditaruh di antara 2 ruang sampel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tewari and Khalua (2020) bahwa udara di dalam jar diganti dengan campuran H2 dan CO2 sehingga menyebabkan kondisi anoksik. Christfort et al. (2022) menambahkan bahwa Anaerobik jar dirancang dengan ruang kosong di sebelah dua ruang sampel sebagai tempat meletakkannya kantung sachet anaerobik.

6.4 Alat Lainnya

Mikroskop merupakan suatu alat optik. Alat ini berfungsi untuk melihat benda-benda berukuran mikro. Mikroskop dapat menghasilkan perbesaran hingga ratusan kali. Mikroskop tersusun dari dua buah lensa cembung, yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Terdapat dua jenis mikroskop, yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahmadina dan Febriani (2017) bahwa jenis mikroskop terbagi atas dua yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Susatyo dan Sugiharto (2018) menambahkan bahwa lensa yang dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa yang dengan pengamat disebut lensa okuler.

Mikropipet digunakan untuk memindahkan larutan dengan tingkat presisi yang tinggi. Skala yang digunakan adalah μl. Mikropipet ini digunakan bersama dengan tip yang memiliki ukuran yang berbeda. Semakin besar volume larutan yang kan diambil, maka semakin besar juga tip-nya. Berdasarkan volumenya terdapat tiga jenis mikropipet, yaitu P20, P200, dan P1000. Hal ini sesuai dengan pernyataan Azhari dan Choirul (2015) yang menyatakan bahwa Autopipet digunakan bersama dengan sebuah tip yang ukurannya disesuaikan dengan volume cairan yang akan dipipet.

Jarum ose terbuat dari kawat nichrome atau platinum. Jarum ose ini digunakan untuk menginokulasi mikroba dari suatu media. Terdapat dua bentuk ujung jarum ose, yaitu lingkaran dan lurus. Jarum ose dengan ujung lingkaran digunakan untuk melakukan streak di permukaan agar. Sedangkan, jarum ose berujung lurus digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunilas dan Yusni (2017) bahwa jarum ose ini terbuat dalam dua bentuk yaitu bentuk ujung jarum yang berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop / transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle / Transfer needle. Widodo dkk. (2013) menambahkan bahwa Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).

Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang media dan sampel. Ada timbangan analitik yang sudah digital dan ada juga yang manual. Timbangan analitik digital ada yang memiliki penutup dan ada juga yang model kompak. Sementara itu, timbangan analitik manual itu memiliki 3 buah lengan ayun berskala. Tiga buah lengan ayun pada timbangan analitik manual memiliki skala 10 g, 1 g, 0,01 g, dan 0,0001 g. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardiyah (2016) yang menyatakan bahwa terdapat tiga jenis timbangan analitik, yaitu timbangan analitik dengan tiga buah lengan ayun berskala, timbangan analitik digital dengan penutup, dan timbangan analitik digital model kompak.

Desikator memiliki wujud seperti panci bersusun. Desikator ini terbuat dari bahan gelas dan kedap udara. Alat ini berfungsi untuk mengeringkan bahan kimia. Pengeringan pada desikator dilakukan oleh silica gel yang terletak di dasar. Lama proses pengeringan ini bisa menghabiskan waktu hingga 2-3 hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardiyah (2016) yang menyatakan bahwa bagian bawah berisi silica gel sebagai pengering.

VII. Kesimpulan

  1. Peralatan gelas umumnya digunakan sebagai wadah media atau cairan dan juga sebagai alat untuk mengukurnya. Peralatan gelas antara lain cawan petri, gelas beaker, gelas ukur, tabung reaksi, pipet ukur, labu Erlenmeyer, tabung durham, pipet tetes, corong gelas, dan labu takar. Peralatan yang dapat digunakan untuk sterilisasi adalah autoklaf, oven, dan Laminar Air Flow. Peralatan yang digunakan untuk inkubasi adalah inkubator dan anaerobic jar. Sementara itu, terdapat peralatan lain yang memiliki fungsi spesifik, seperti mikroskop untuk melihat benda berukuran mikro, mikropipet untuk memindahkan larutan dengan tingkat presisi tinggi, jarum ose untuk melakukan inokulasi timbangan analitik untuk menimbang sampel, dan desikator untuk mengeringkan bahan kimia.
  2. Dalam pelaksanaan prosedur dari berbagai peralatan yang ada, perlu diperhatikan terkait tata cara penggunaannya yang sesuai standar. Prinsip kerja dan karakteristik dari tiap alat perlu dipahami supaya semakin paham dengan alat tersebut. Prosedur penggunaan alat yang sesuai standar akan mencegah terjadinya bias pada sebuah percobaan.

VIII. Daftar Pustaka

  • Andriani, R., 2016. Pengenalan Alat-alat Laboratorium Mikrobiologi untuk Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi, 1(1), pp.1-7.
  • Azhari, M.A., dan Choirul, A., 2015. Pendahuluan dan Pengenalan Alat (Autopipet dan pH Meter). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
  • Baruno, A., 2021. Modifikasi Laminar sebagai Alat Pembelajaran Biologi SMA Materi Mikroorganisme. Jurnal Karya Ilmiah Guru, 6(1), pp.44-49.
  • Christfort, J.F., Polhaus, C.J.M., Bondegaard, P.W., Chang, T.J., Hwu, E.T., Nielsel, L.H., Zor, K., and Boisen, Anja., 2022. Open Source Anaerobic and Temperature-controlled in vitro Model Enabling Real-Time Release Studies with Live Bacteria. HardwareX, 11, p.e00275.
  • Cahyadi, B. Wijaya, N.H. dan Purwoko, H., 2019. Inkubator Bakteri dengan Suhu Dingin Berbasis Arduino. Teknologi Elektromedik, xx(xx), pp.1-9.
  • Eliyarti, E., Rahayu, C. and Zakirman, Z., 2020. Deskripsi Pengetahuan Awal Alat Praktikum Materi Koloid dalam Perkuliahan Kimia Dasar Mahasiswa Teknik. Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia, 3(1), pp.14-25.
  • Harjanto, S. dan Raharjo, R., 2017. Peran Laminar Air Flow Cabinet Dalam Uji Mikroorganisme Untuk Menunjang Keselamatan Kerja Mahasiswa Di Laboratorium Mikrobiologi. Metana, 13(2), pp.55-57
  • Hasibuan, E., 2018. Pengenalan Mikropipet pada Mahasiswa yang Melakukan Penelitian di Laboratorium Terpadu Imunologi Fakultas Kedokteran USU. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
  • Humaidah, S., 2012. Potensi Desikator untuk Inkubator Anaerob. Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
  • Istini, I., 2020. Pemanfaatan Plastik Polipropilen Standing Pouch Sebagai Salah Satu Kemasan Sterilisasi Peralatan Laboratorium. Indonesian Journal of Laboratory, 2(3), pp.41-46.
  • Juvitasari, P.M., Melati, H.A. dan Lestari, I., 2017. Deskripsi Pengetahuan Alat Praktikum Kimia dan Kemampuan Psikomotorik Siswa MAN 1 Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(7), pp.1-13.
  • Luklukyah, Z., Nadira P.S. dan Tholibah, M., 2019. Mikrobiologi Dasar. Magelang: Universitas Tidar.
  • Masrikhiyah, R., 2019. Peningkatan Mutu Pengetahuan Siswa Mengenai Natural Science di MI Ikhasniyah Kupu: Pengenalan dan Praktik Penggunaan Mikroskop. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), pp.39-45.
  • Munandar, K., 2012. Pengetahuan Laboratorium Biologi. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.
  • Nuraini, A.F., 2020. Kalibrasi Inkubator Memmert Tipe UNE 600 Menggunakan Metode AS 2853-1986. Skripsi, Universitas Jenderal Soedirman.
  • Nurmawati, N., 2020. Penerapan Objek 3 Dimensi pada Buku Kimia Berbasis Augmented Reality SMA Negeri 1 Plampang. Skripsi, Universitas Bumigora.
  • Pali, E., Aditya, S., Alimaturrosyidah, A., Nurlilayanti, N., Nurdiah, N., Nur, A. dan Oktafanie, M.S.K., 2015. Perkenalan Alat dan Sterilisasi. Biologi FMIPA Unmul: Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi.
  • Pratomo, L.L.A., 2017. Analisa Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) dengan Berbagai Varian dan Lama Fermentasi Terhadap Pembuatan Yoghurt. Skripsi, Universitas Diponegoro.
  • Rahmadina, R. dan Febriani, H., 2017. Biologi Sel Unit Terkecil Penyusun Tubuh Makhluk Hidup. Surabaya: Selembar Papyrus.
  • Susanti, R.S., 2017. Pengembangan Ensiklopedia Peralatan Laboratorium Kimia Sebagai Sumber Belajar Siswa SMA Negeri 10 Pontianak. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Pontianak.
  • Susatyo, P. dan Sugiharto, S., 2018. Penggunaan Mikroskop, Alat Bantu Ukur, Jaringan Hewan, dan Morfologi pada Hewan Vertebrata. Jakarta: Universitas Terbuka.
  • Tewari, S. and Khalua, R.K., 2020. A Review on Anaerobic Chambers. Our Heritage, 68(1), pp.6102-6115.
  • Widodo, L.U., Kusharyati, D.F. dan Fitri, D., 2013. Dasar-dasar Praktikum Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Terbuka.
  • Wardiyah, W., 2016. Praktikum Kimia Dasar. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
  • Yunilas, Y. dan Yusni, E., 2017. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik. Medan: Universitas Sumatera Utara.

IX. Bagian Pengesahan

X. Lampiran

Penulis: Lucyana Ershy Ar Rista
Seorang mahasiswa jurusan Bioteknologi di salah satu kampus negeri.
Creative License
by-sa logo license
Konten/Material pada halaman ini dilisensikan dengan Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License oleh psi. Klik link berikut untuk memahami aturan penggunaan ulang material pada blog Hipolisis.